Ma`asyiral muslimin rahimakumullah, Allah Subhanahu Wa Ta`aala berfirman; وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa"(QS. Ali Imran/3 : 133).
Ma`asyiral muslimin Rahimakumullah..
Setiap jumat seorang khotib sanantiasa mewasiatkan pentingnya menjaga dan meningkatkan nilai ketaqwaan kepada Allah swt. Tidak hanya sebagai rukun dari khutbah saja, namun memang ini adalah tema besar yang seharusnya senantiasa hadir dalam benak setiap muslim. Mereka yang bertakwa menjadi pribadi paling mulia di mata Allah swt
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"Sesungguhnya yangpaling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa" (QS. Al-Hujurat/49 : 14)
Ketakwaan dijadikan target pencapaian dari ibadah yang kita lakukan, sebagaimana dalam firman Allah swt berikut ini;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa" (Qs. Al-Baqarah/2 : 21) Demikian secara umum ibadah yang kita lakukan mengantarkan kita sampai pada derajat orang-orang bertaqwa, dan secara khusus Allah juga menyebutkan bahwa target puasa adalah menjadi pribadi yang senantiasa melakukan aktifitas ketaqwaan dimata Allah swt,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al-Baqarah/2 : 183)
Orang-orang yang bertaqwa kepada Allah swt telah disediakan bagi mereka syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, demikian penjelasan firman Allah swt dalam surah Ali Imran ayat 133. Pada beberapa ayat berikutnya Allah swt memaparkan sekian kriteria mereka, maka jika kita mentadaburi ayat-ayat tersebut, minimal ada tiga kecerdasan yang dimiliki oleh pribadi bertaqwa, sehingga ia layak mendapatkan syurga Allah swt.
Tiga kecerdasan itu adalah;
Pertama, Kecerdasan Sosial (Adz-dzaka' Al-Ijtima`iy)
Pribadi yang bertaqwa memiliki kepekaan sosial yang tinggi, gemar berbagi kepada sesama, bahkan disaat mereka sendiri sedang dalam kondisi membutuhkan. Tidak hanya di saat lapang mereka mampu berbagi namun dikala kesempitan sedang menyapa, pribadi bertaqwa tetap bisa berinfaq, tetap peduli dan tetap mau berbagi.
Allah subhanahu wa ta`ala mencatat kecerdasan ini dalam firmannya;
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit" ( Qs. Ali Imran/3 : 134)
Berbagi disaat lapang jauh lebih mudah, namum mereka yang memiliki kecerdasan sosial, tetap bisa melakukannya walau sedang dalam kondisi sempit. Itu semua bisa dilakukan karena iman yang ada dalam hatinya mampu menggerakkan dirinya untuk beramal demi meraih kehidupan yang lebih baik di akherat kelak. Dia beriman bahwa barang siapa meringankan kepayahan orang lain dimuka bumi ini maka Allah swt akan meringankan urusannya di akherat. Dia juga yakin bahwa harta yang dia miliki tidak akan berkurang karena shadaqah yang dia berikan, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
Tentunya berbagi tidak hanya dengan harta, bisa berbagi dengan tenaga, Ilmu, berbagi ide kepada orang yang menbutuhkan masukan, bahkan berbagi dengan do'a, dengan cara mendo'akan saudara kita dengan tulus tanpa sepengetahuannya, itu juga merupakan pemberian yang sangat baik bagi saudara kita.
Kedua, Kecerdasan Emosional (Adz-Dzaka' Al-`Athify)
Dalam firmannya Allah swt memberikan kriteria pribadi bertaqwa dengan ungkapan
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
"dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) manusia".( Qs. Ali Imran/3 : 134)
Ayat ini menggambarkan satu kecerdasan lain yang dimiliki pribadi bertaqwa, yaitu cerdas secara emosi. Kecerdasan ini tergambar dalam dua hal;
Pertama, Kemampuan mengendalikan amarah.Orang-orang yang cerdas akan melihat dengan baik dampak dari setiap perbuatan yang dia lakukan. Ketika kemarahan itu tidak terkendalikan maka akan berdampak negatif pada banyak hal, betapa sering kita mendengar karena tidak mampu menguasai amarah terjadi banyak kekerasan dalam rumah tangga, pertengkaran yang sering memakan korban jiwa. Semua adalah dampak dari amarah yang tidak terkendalikan. Maka pribadi yang bertaqwa mampu memeneg emosi amarahnya, bukan berarti mereka tidak bisa marah, namun mereka bisa mengendalikan diri; kapan, dimana dan bagaimana cara menyalurkan emosi amarahnya.
Kedua, berani memaafkan diri sendiri dan mampu memberi maaf kepada orang lain.
Dalam lanjutan ayat tersebut Allah swt berfirman:
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
"dan mema'afkan (kesalahan) manusia". ( Qs. Ali Imran/3 : 134)
ada banyak orang yang tidak bisa mensikapi kesalahan dirinya, ia terus menyalahkan diri sehingga ia tidak bisa bangkit dari permasalahan yang muncul karena satu kejadian yang menurut persepsinya dialah yang salah, dialah penyebab dari semua itu.
Disinilah dia terjebak dalam perangkap syetan yang membuatnya terperangkap dalam kenangan masa lalu, kenangan akan kesalahannya, sehingga ia tidak bisa bangkit untuk hidup labih baik dengan mau memaafkan kesalahan dirinya. Memberi maaf kepada orang lain lahir karena kecerdasan emosional, ia tidak akan memendam kesalahan orang lain di dadanya. Terlebih kepada orang yang sudah mau mengakui kesalahanya dan meminta maaf kepadanya. Betapa banyak permasalahan antar sesama selesai karena salah satu dari dua pihak yang bertengkar mau memaafkan yang lainnya.
Namun sebaliknya, menyimpan dendam tidak sudi memaafkan adalah satu kebodohan jiwa, bagai gunung petaka yang siap meletus mengeluarkan api amarah, dan lahar kebencian kepada pihak lain. Yang tak jarang hal ini akan memperpanjang umur pertengkaran dan menambah jumlah korban. Pantaslah kalo dari sekian sahabat yang dijanjikan masuk syurga adalah seseorang yang setiap malamnya, ketika hendak tidur ia berusaha membersihkan hatinya dari segala ketidaknyamanna kepada orang lain, ia tidur setiap malamnya dalam keadaan dada yang bersih dari dendam, rasa benci dan ia mamemaafkan kesalahan manusia pada tiap malamnya.
Ketiga, Kecerdasan Spiritual (Adz-Dzaka' Al-Ma`nawiy)
Kecerdasan ini tercermin dalam caranya mensikapi kesalahan, walaupun ia adalah pribadi yang bertaqwa namun ia masih seorang manusia biasa yang mungkin bersalah. Ketika ia melakukan satu kesalahan jiwanya terpanggil untuk segera menyudahi kesalahan tersebut, dengan cara mengakui kesalahan yang ia lakukan, tidak bersikeras dan bersikukuh mempertahankan kesalahannya namun segera mengingat Allah swt, meminta ampun kepada-Nya dan berani meminta maaf kepada orang yang bersangkutan.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui". ( Qs. Ali Imran/3 : 135)
Demikianlah pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual, memiliki reflek berfikir yang baik ketika terjatuh kedalam satu kesalahan, langsung teringat kepada Allah swt dan beristighfar kepada-Nya. Itu semua karena memang tak layak bagi seorang mukmin untuk tersengat dua kali dalam lubang yang sama, cukup baginya satu kali kehilangan tongkat.
Demikian Allah swt menberi kriteria kepada mereka yang pantas mendapatkan janji syurga dari-Nya, pribadi yang memiliki 3 kecerdasan mendasar, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga iman yang kita miliki mampu mengantarkan diri kita menjadi pribadi yang memiliki 3 kecerdasan diatas, sehingga kita berhasil dengan rahmat Allah swt menggapai syurga-Nya.
Sumber: nuansaislam.com